Rabu, 28 Desember 2011

V-TEC (Variable Valve Timing and lift Electronic Control)

V-TEC merupakan teknologi pada pengontrolan pembukaan katup masuk pada kendaraan dengan kontrol ECU. Variable intake system ragamnya banyak tergantung dari panjang intake manifold yang fungsinya adalah untuk meningkatkan performa mesin untuk segala kondisi, khususnya untuk meningkatkan output mesin sampai sekitar 10% pada saat rentang kecepatan rendah-menengah. Untuk mobil yang sering melaju dijalan yang macet, tenaga mesin akan meningkat di range kecepatan rendah-menengah. Untuk laju kecepatan tinggi memerlukan mesin dengan tenaga yang lebih tinggi agar bisa melesat cepat.

Seperti mesin pada umumnya, jika mesin dirancang untuk menghasilkan tenaga yang besar pada kecepatan rendah-sedang, maka tenaga untuk kecepatan rendah akan berkurang. Begitu pula sebaliknya jika mesin dirancang untuk lebih mengutamakan kecepatan kendaraan, maka tenaganya akan kurang diputaran rendah-sedang. Oleh karena itulah mesin yang bisa menghasilkan output tinggi disegala putaran lebih disukai. Dengan variable intake system maka mesin dapat menghasilkan tenaga yang besar baik untuk kecepatan rendah maupun kecepatan tinggi. Sistem ini mengatur udara masuk berdasarkan putaran dan beban mesin agar diperoleh peningkatan output mesin disemua range (kecepatan).

Sistem Variable Valve Timing dan Lift Electronic Control (VTEC) adalah keistimewaan engineering untuk mengubah valve timing dan lift parameter dalam menyesuaikan karateristik kecepatan mesin. Cara kerjanya adalah dengan menyesuaikan sesempurna mungkin sifat-sifat pembakaran yang sesuai dengan kebutuhan kerja mesin, sehingga menghasilkan performa tinggi dan efisiensi. Secara sederhana, setiap katup mesin yang menggunakan sistem VTEC memiliki sebuah cam lobe yang terpisah. Cam lobe ini berada pada camshaft yang sama dan melalui penerapan kontrol elektronik, dapat berubah-ubah untuk menyesuaikan kondisi mesin dengan menggunakan tekanan hidrolik, sehingga performa tinggi dan efisiensi dari VTEC dapat dicapai. Pada saat ini terdapat lima tipe sistem VTEC yaitu:

1. DOHC VTEC

Penerapan teknologi VTEC melihat high-speed cam dan low-speed cam dengan bentuk/profil yang berbeda yang dibuat pada intake dan exhaust camshaft. Pada kecepatan mesin yang rendah dan menengah, intake dan exhaust valve dioperasikan oleh low-speed cam. Pada tingkat kecepatan yang lebih tinggi, high-speed cam mengambil alih pengoperasian. Kombinasi dari operasi ini menyebabkan mesin memberikan torque tinggi dan fleksibilitas pada kecepatan sedang serta menghasilkan respons tinggi dan output tenaga yang besar pada kecepatan tinggi.

2. SOHC VTEC

High-speed dan low-speed cam yang berbeda bentuk/profil dibuat pada intake camshaft di dalam mesin SOCH VTEC. Sesuai dengan penerapan pada sistem DOHC, low-speed cam mengoperasikan katup pada tingkat kecepatan rendah dan menengah, dan high-speed cam beroperasi pada kecepatan tinggi - meskipun sebenarnya hal ini hanya berlaku untuk intake valve dalam kasus ini. Teknik ini menyebabkan mesin dapat memberikan kemungkinan kombinasi yang terbaik cara berkendara yang mudah/ease-of-driving pada tingkat kecepatan yang normal, output tenaga yang besar, dan efisiensi bahan bakar.

3. New VTEC

Seperti pada sistem SOHC VTEC, high-speed dan low-speed cam dengan perbedaan bentuk/ profil dibuat pada intake camshaft, high-speed cam mengontrol kecepatan tinggi sedangkan low-speed cam aktif pada kecepatan rendah dan menengah. Dalam penerapan ini, secondary intake valves dijaga hampir tak bergerak/stationer pada saat kendaraan pada kecepatan rendah saat primary intake valves membuat udara dapat dialirkan masuk ke cylinder. Dalam kombinasi dengan perbaikan bentuk ruang pembakaran dan port, operasi ini membentuk putaran udara/wirl di setiap ruang pembakaran untuk memastikan bahwa pembakaran terjadi dengan lebih efisien. Mesin New VTEC dapat mengirim tenaga dan torque yang substantif/bermakna sementara penghematan bahan bakar yang sempurna tetap dapat dilakukan.

4. 3-stage VTEC

Tiga tingkat berbeda dari unit VTEC ini disesuaikan untuk kecepatan rendah (satu katup dioperasikan oleh low-speed cam), kecepatan tingkat sedang (kedua katup dioperasikan dengan low-speed cam) dan kecepatan tinggi (kedua katup dioperasikan oleh high-speed cam). Rancangan ini menghasilkan efisiensi bahan bakar yang sempurna pada tingkat kecepatan rendah, output torque yang sempurna pada kecepatan sedang, dan output power yang sempurna pada tingkat kecepatan tinggi.

5. VTEC-E

Intake valve camshaft dilengkapi dengan cam kecepatan rendah dan kecepatan menengah yang dibentuk secara tertpisah. Pada kecepatan rendah, valve kedua beroperasi dengan kecepatan rendah (meskipun dalam realisasinya hampir tidak bergerak); kedua katub dioperasikan oleh cam dengan kecepatan menengah. Sebagai hasilnya, mesin ini mengirim bahan bakar dengan sangat efisien sementara pada waktu yang sama menjaga kemampuan mengemudi tingkat tinggi. Setiap dari pelaksanaan VTEC dijabarkan dengan detail di bawah ini. Dari kebanyakan tipe dasar pada sistem VTEC yang terdiri dari komponen berikut ini : a) Camshaft, b) Rocker arm ,c) Lost motion mechanism, d) Spool valve, e). Control system (ECM)

Konstruksi V-TEC

a. Camshaft

Intake camshaft untuk SOHC VTEC mempunyi tiga jenis tipe cam, yakni, primer, menengah dan sekunder. Cam ini mepunyai profil tersendiri untuk membuat valve timing dan lift yang berbeda.

b. Rocker Arm

Rocker arm primer, menengah dan sekunder digabungkan ke dalam satu peralatan. Rocker arm primer dan sekunder membuat hubungan dengan katub. Setiap rocker arm terdiri dari synchronizing piston, stopper piston, dan spring. Melalui aksi dari komponen ini, gerakan dari rocker arm yang terpisah dapat dihubungkan atau tidak selama mesin itu bekerja.

c. Lost Motion Mechanism

Lost motion assembly mencakup lost motion piston, lost motion guide, dan lost motion spring A dan B. Ini berhubungan tetap dengan mid rocker-arm. Di kecepatan rendah, lost motion mechanism menahan gerakan rocker arm yang tidak perlu; hal ini berfungsi sebagai spring pembantu pada kecepatan tinggi untuk menjamin bekerjanya katub dengan baik.

d. Spool Valve

Spool valve assembly ditempelkan di sebelah cylinder head. Terdiri dari sebuah screen, solenoid, dan spool valve. Fungsi valve ini adalah untuk mengontrol lintasan oli antara pompa oli dan synchronizing piston. Saat solenoid diaktifkan, spool valve membuka lintasan oli dan tekanan hydraulic digunakan ke synchronizing piston, kemudian sistem VTEC diaktifkan. Pressure switch ditempatkan di belakang spool valve. Pressure switch merasakan tekanan di lintasan oli synchrozining piston dan memberikan feedback ke ECM dimana pemindahan rocker arm tidak terjadi seperti yang diharapkan.

e. Control System (ECM)

Sistem VTEC dikontrol oleh PGM-FI ECM. Dengan menggunakan banyak sensor, ECM mengawasi kecepatan mesin, tingkat beban mesin, kecepatan kendaraan, temperatur pendingin mesin dan banyak faktor-faktor lain. Kemudian, dalam mereferensi data ini, ECM menentukan kondisi kerja mesin mutakhir dan mengaktifkan solenoid valve. (Selanjutnya solenoid valve mengontrol tekanan hydraulic yang dikirim ke spool valve.)

Konstruksi DOHC VTEC

Jika pada sistem SOHC VTEC intake camshaft sendiri dipasang dengan komponen VTEC, maka pada DOHC VTEC melihat tekhnologi ini dipakai pada kedua intake dan exhaust camshaft. Ini membuat karateristik kedua intake dan exhaust dikontrol untuk menyesuaikan kecepatan mesin.

Kostruksi New VTEC

Sistem New VTEC digunakan pada pengembangan SOHC VTEC yang lebih lanjut. Pengembangan ini ditambah dengan komponen-komponen berikut a). Timing plate b). Timing piston

Timing Plate dan Timing Piston

Timing plate dan timing piston ditempatkan pada rocker arm primer dalam sistem New VTEC. Timing plate diletakkan di luar rocker arm dan kedua komponenini bergerak serentak. Timing piston ditempelkan sebaris dengan synchronizing piston A. Bagian A dari timing plate lewat melalui suatu pembukaan rocker arm primer dan berhubungan dengan chanel pada timing piston.

Konstruksi 3-stage VTEC

Perkembangan tekhnologi New VTEC selanjutnya menghasilkan sistem 3-stage VTEC yang mengontrol intake valve pada tiga tahap yang berbeda. Meskipun komponen-komponennya adalah sama seperti yang digunakan pada New VTEC, ada dua sistem tekanan pemindahan dan dua spool valve juga dipakai.

Rocker Arm

Rocker arm dihubungkan pada dua sistem penggantian berikut yang berdiri sendiri - setiap satu dari sistem hydraulic ini dikontrol oleh salah satu dari spool valve. Sistem penggantian kecepatan rendah ke kecepatan sedang yang terdiri dari timing piston, dan stopper piston untuk menghubungkan rocker arm primer dan sekunder. Sistem penggantian kecepatan menengah ke kecepatan tinggi yang terdiri dari stropper piston, synchrozining piston A, dan synchrozining piston B untuk menghubungkan rocker arm primer dan sekunder. Timing plate bersambung dengan timing piston sistem pengganti kecepatan rendah ke kecepatan menengah.

Konstruksi VTEC-E

Walaupun menggabungkan sebuah timing plate dalam cara yang sama seperti sistem New VTEC, VTEC-E tidak mepunyai cam menengah atau rocker arm menengah. Karena itu, tidak ada lost motion assembly. Sistem penggantian terdiri dari sebuah timing piston, synchronizing piston, dan stopper piston.


Jumat, 04 November 2011

Prinsip-Prinsip Psikologi Perkembangan

Pengertian perkembangan berbeda dengan pertumbuhan, meskipun keduanya tidak berdiri sendiri. pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur. Tidak saja anak menjadi lebih besar secara fisik, tetapi ukuran dan struktur organ dalam otak meningkat. Akibat adanya pertumbuhan otak anak memiliki kemampuan yang lebih besar untuk belajar, mengingat, dan berpikir. Sedangkan perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif yang merupakan deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren. Progresif menandai bahwa perubahannya terarah, membimbing mereka maju dan bukan mundur. Teratur dan koheren menunjukkan adanya hubungan nyata antara perubahan yang sebelumnya dan sesudahnya.Prinsip-prinsip ini merupakan ciri mutlak dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh seorang anak, kesepuluh prinsip tersebut adalah:

Adanya perubahan.

Manusia tidak pernah dalam keadaan statis dia akan selalu berubah dan mengalami perubahan mulai pertama pembuahan hingga kematian tiba. Perbuhan tersebut bisa menanjak, kemudian berada di titik puncak kemudian mengalami kemunduran.Selama proses perkembangan seorang anak ada beberapa ciri perubahan yang mencolok, yaitu ;

  • Perubahan ukuran, Perubahan fisik yang meliputi : tinggi, berat, organ dalam tubuh, perubahan mental. Perubahan mental meliputi : memori, penalaran, persepsi, dan imajinasi.
  • Perubahan proporsi, Misalnya perubahan perbandingan antara kepala dan tubuh pada seorang anak.
  • Hilangnya ciri lama, Misalnya ciri egosentrisme yang hilang dengan sendirinya berganti dengan sikap prososial.
  • Mendapatkan ciri baru, Hilangnya sikap egosentrisme anak akan mendapatkan ciri yang baru yaitu sikap prososial.

Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya.

Lingkungan tempat anak menghaiskan masa kecilnya akan sangat berpengaruh kuat terhadap kemampuan bawaan mereka. Bukti-bukti ilmiaih telah menunjukkan bahwa dasar awal cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dari perilaku anak sepanjang hidupnya, terdapat 4 bukti yang membenarkan pendapat ini.

1. Hasil belajar dan pengalaman merupakan hal yang dominan dalam perkembanga anak

2. Dasar awal cepat menjadi pola kebiasaan, hal ihi tentunya akan berpengaruh sepanjang hidup dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak

3. Dasar awal sangat sulit berubah meskipun hal tersebut salah

4. Semakin dini sebuah perubahan dilakukan maka semakin mudah bagi seorng anak untuk mengadakan perubahan bagi dirinya.

Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar

Perkembangan seorang anak akan sangat diperngaruhi oleh proses kematangan yaitu terbukanya karateristik yang secara potensial sudah ada pada individu yang berasal dari warisan genetik individu. Seperti misalnya dalam fungsi filogentik yaitu mmerangkak, duduk kemudian berjalan. Sedangkan arti belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar ini anak anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan. Hubugan antara kematangan dan hasil belajar ini bisa dicontohkan pada saat terjadinya masa peka pada seorang anak, bila pembelajaran itu diberikan pada saat masa pekanya maka hasil dari pembelajaran tersebut akan cepat dikuasai oleh anak, demikian pula sebaliknya.

Pola perkembangan dapat diramalkan

Dalam perkembangan motorik akan mengikuti hukum chepalocaudal yaitu perkembangan yang menyebar keseluruh tubuh dari kepala ke kaki ini berarti bahwa kemajuan dalam struktur dan fungsi pertama-tama terjadi di bagian kepala kemudian badan dan terakhir kaki. Hukuk yang kedua yaitu proxmodistal perkembangan dari yang dekat ke yang jauh. Kemampuan jari-jemari seorang anak akan didahului oleh ketrampilan lengan terlebih dahulu.

Pola perkembangan mempunyai karateristik yang dapat diramalkan

Karateristik tertentu dalam perkembangan juga dapat diramalkan, ini berlaku baik untuk perkembangan fisik maupun mental. Semua anak mengikuti pola perkembangan yang sama dari saatu tahap menuju tahap berikutnya. Bayi berdiri sebelum dapat berjalan. Menggambar lingkaran sebelum dapat menggambar segi empat. Pola perkembangan ini tidak akan berubah sekalipun terdapat variasi individu dalam kecepatan perkembangan. Pada anak yang pandai dan tidak pandai akan mengikuti urutan perkembangan yang sama seperti anak yang memiliki kecerdasan rata-rata. Namun ada perbedaan mereka yang pandai akan lebih cepat dalam perkembangannya dibandingkan dengan yg memiliki kecerdasan rata-rata, sedangkan anak yang bodoh akan berkembanga lebih lambat. Perkembangan bergerak dari tanggapan yang umum menuju tanggapan yang lebih khusus. Misalnya seorang bayi akan mengacak-acak mainan sebelum dia mampu melakukan permainan itu dengan jari-jarinya. Demikian juga dengan perkembangan emosi, anak akan merespon ketekutan secara umum pada suatu hal yang baru namun selanjutnya akan merepon ketakutan secara khusus pada hal yang baru tersebut. Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak dari pembuahan hingga kematian, namun hal ini terjadi dalam berbagai kecepatan, kadang lambat tapi kadang cepat. Perbedaan kecepatan perkembangan ini terjadi pada setiap bidang perkembangan dan akan mencapai puncaknya pada usia tertentu. Seperti imajinasi kreatif akan menonjol di masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa remaja. Berkesinambungan memiliki arti bahwa setiap periode perkembangan akan berpengaruh terhadap perkembangan selanjutnya.


Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan

Walaupun pola perkembangan sama bagi semua anak, setiap anak akan megikuti pola yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatanya sendiri. Beberapa anak berkembang dengan lancar, bertahap langkah demi langkah, sedangkan lain bergerak dengan kecepatan yang melonjak, dan pada anak lain terjadi penyimpangan. Perbedaan ini disebabkan karena setiap orang memiliki unsur biologis dan genetik yang berbeda. Kemudian juga faktor lingkungan yang turut memberikan kontribusi terhadap perkembangan seorang anak. Misalnya perkembangan kecerdasan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti kemampuan bawaan, suasana emosional, apakah seorang anak didorong untuk melakukan kegiatan intelektual atau tidak. Dan apakah dia diberi kesempatan untuk belajar atau tidak. Selain itu meskipun kecepatan perkembangan anak berbeda tapi pola perkembangan tersebut memiliki konsistensi perkembangan tertentu. Pada anak yang memiliki kecerdasan rata-rata akan cenderung memiliki kecerdasan yang rata-rata pula ketika menginjak tahap perkembangan berikutnya. Perbedaan perkembangan pada tiap individu mengindikasikan pada guru, orang tua, atau pengasuh untuk menyadari perbedaan tiap anak yang diasuhnya sehingga kemampuan yang diharapkan dari tiap anak seharusnya juga berbeda. Demikian pula pendidikan yang diberikan harus bersifat perseorangan.

Setiap tahap perkembangan memiliki bahaya yang potensial

Pola perkembangan tidak selamanya berjalan mulus, pada setiap usia mengandung bahaya yang dapat mengganggu pola normal yang berlaku. Beberapa hal yang dapat menyebabkan antara lain dari lingkungan dari dari anak itu sendiri. Bahaya ini dapat mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik, psikologis dan sosial. Sehingga pola perkembangan anak tidak menaik tapi datar artinya tidak ada peningkatan perkembangan. Dan dapat dikatakan bahwa anak sedang mengalami gangguan penyesuaian yang buruk atau ketidakmatangan. Peringatan awal adanya hambatan atau berhentinya perkembangan tersebut merupakan hal yang penting karena memungkinkan pengasuh (Orangtua, guru dll) untuk segera mencari penyebab dan memberikan stimulasi yang sesuai.

Kamis, 04 Agustus 2011

SOCKET CDI PADA SEPEDA MOTOR

Setiap jenis sepeda motor memiliki socket CDI yang berbeda, baik itu type CDI AC maupun type CDI DC. semoga dapat digunakan.

Rabu, 27 Juli 2011

Nilai-Nilai Karakter Bangsa

Dengan adanya kenyataan yang cukup memprihatinkan bagi perkembangan sosial remaja saat ini, adanya kemerosotan moral, perilaku yang cuek terhadap sesama mahluk sosial, maka ditumbuhkan kembali nilai-nilai karakter bangsa agar bisa dibentuk dan ditumbuhkan kembali karakter atau budaya masyarakat indonesia yang dulunya santun dan ramah supaya dapat dimunculkan kembali. Hal yang dapat dilakukan khususnya melalui dunia pendidikan (sekolah) adalah menanamkan kembali nilai-nilai karakter bangsa dalam proses belajar mengajar. Adapun nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa yang diharapkan dapat dimunculkan yaitu:
  1. Religius
  2. Jujur
  3. Toleransi
  4. Disiplin
  5. Kerja Keras
  6. Kreatif
  7. Mandiri
  8. Demokratis
  9. Rasa ingin tahu
  10. Semangat
  11. Cinta Tanah Air
  12. Menghargai Prestasi
  13. Bersahabat/Komunikatif
  14. Cinta Damai
  15. Gemar Membaca
  16. Peduli Lingkungan
  17. Peduli Sosial
  18. Tangguang Jawab

Rabu, 15 Juni 2011

Program Vokasi Berkelanjutan Diploma 1 ITB

gProgram Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional dan SEAMOLEC meluncurkan program Vokasi Berkelanjutan Diploma 1 ITB. Program ini memberi kesempatan pada tamatan SMK maupun SMA semua jurusan untuk dapat melanjutkan ke jenjang Diploma satu dengan sistem jarak jauh.
Kerjasama yang dibentuk antara Institutut Teknologi Bandung, SEAMOLEC dan SMK Negeri 3 Singaraja Bali.
Jurusan yang dibuka di SUb Kampus SMK Negeri 3 SIngaraja adalah:
1. Teknik Komputer Jaringan
2. Animasi
3. Survey Pemetaan
sistem perkuliahaan dirancang sebagai berikut:
a. 1 bulan pertama, mahasiswa kuliah di Institut Teknologi Bandung, dengan gedungnya yang ada di Jatinangor, Jawa Barat (bukan di gedung pusat)
b. bulan ke-2 s/d ke 11, mahasiswa kuliah di Sub Kampus SMK Negeri 3 Singaraja.
c. 1 Bulan terakhir, mahasiswa presentasi tugas, dan wisuda di Institut Teknologi Bandung.

Sabtu, 09 April 2011

Konstruksi sistem CVT

Transmisi Otomatis Transmisi otomatis umumnya digunakan pada sepeda motor jenis scooter (skuter). Transmisi yang digunakan yaitu transmisi otomatis "V“ belt atau yang dikenal dengan CVT (Constinously Variable Transmission). CVT merupakan transmisi otomatis yang menggunakan sabuk untuk memperoleh perbandingan gigi yang bervariasi


Minggu, 27 Maret 2011

SYARAT SISTEM PENGAPIAN

Ketiga kondisi di bawah ini adalah merupakan syarat penting yang harus dimiliki oleh motor bensin, agar mesin dapat bekerja dengan efisien yaitu:

1. Tekanan kompresi yang tinggi.

2. Saat pengapian yang tepat dan percikan bunga api yang kuat.

3. Perbandingan campuran bensin dan udara yang tepat.

Agar sistem pengapian bisa berfungsi secara optimal, maka sistem pengapian harus memiliki kriteria seperti di bawah ini:

1. Percikan Bunga Api Harus Kuat

Pada saat campuran bensin-udara dikompresi di dalam silinder, maka kesulitan utama yang terjadi adalah bunga api meloncat di antara celah elektroda busi sangat sulit, hal ini disebabkan udara merupakan tahanan listrik dan tahanannya akan naik pada saat dikompresikan. Tegangan listrik yang diperlukan harus cukup tinggi, sehingga dapat membangkitkan bunga api yang kuat di antara celah elektroda busi.

Terjadinya percikan bunga api yang kuat antara lain dipengaruhi oleh pembentukan tegangan induksi yang dihasilkan oleh sistem pengapian. Semakin tinggi tegangan yang dihasilkan, maka bunga api yang dihasilkan bisa semakin kuat. Penjelasan lebih jauh tentang pembentukan tegangan induksi yang baik dibahas pada bagian E sampai H (koil pengapian sampai busi). Namun secara garis besar agar diperoleh tegangan induksi yang baik dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:

a. Pemakaian koil pengapian yang sesuai

b. Pemakaian kondensor yang tepat

c. Penyetelan saat pengapian yang sesuai

d. Penyetelan celah busi yang tepat

e. Pemakaian tingkat panas busi yang tepat

f. Pemakaian kabel tegangan yang tepat

2. Saat Pengapian Harus Tepat

Untuk memperoleh pembakaran, maka campuran bensin-udara yang paling tepat, maka saat pengapian harus sesuai dan tidak statis pada titik tertentu, saat pengapian harus dapat berubah mengikuti berbagai perubahan kondisi operasional mesin. Saat pengapian dari campuran bensin dan udara adalah saat terjadinya percikan bunga api busi beberapa derajat sebelum Titik Mati Atas (TMA) pada akhir langkah kompresi. Saat terjadinya percikan waktunya harus ditentukan dengan tepat supaya dapat membakar dengan sempurna campuran bensin dan udara agar dicapai energi maksimum.

Gambar 1. Batas TMA dan TMB

Setelah campuran bahan bakar dibakar oleh bunga api, maka diperlukan waktu tertentu bagi api untuk merambat di dalam ruangan bakar. Oleh sebab itu akan terjadi sedikit keterlambatan antara awal pembakaran dengan pencapaian tekanan pembakaran maksimum. Dengan demikian, agar diperoleh output maksimum pada engine dengan tekanan pembakaran mencapai titik tertinggi (sekitar 100setelah TMA), periode perambatan api harus diperhitungkan pada saat menentukan saat pengapian (ignition timing).

Karena diperlukannya waktu untuk perambatan api, maka campuran bahan bakar – udara harus sudah dibakar sebelum TMA. Saat mulai terjadinya pembakaran campuran bahan bakar dan udara tersebut disebut dengan saat pengapian (ignition timing). Agar saat pengapian dapat disesuaikan dengan kecepatan, beban mesin dan lainnya diperlukan peralatan untuk merubah (memajukan atau memundurkan) saat pengapian. Salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan vacuum advancer dan governor advancer untuk pengapian konvensional. Dalam sepeda motor biasanya disebut dengan unit pengatur saat pengapian otomatis atau ATU (Automatic Timing Unit). ATU akan mengatur pemajuan saat pengapian. Pada sepeda motor dengan sistem pengapian konvensional (menggunakan platina) ATU diatur secara mekanik sedangkan pada sistem pengapian elektronik ATU diatur secara elektronik. Penjelasan lebih jauh tentang ATU dibahas pada bagian I (Tipe Sistem Pengapian Pada Sepeda Motor).

Bila saat pengapian dimajukan terlalu jauh (lihat gambar 2 titik A) maka tekanan pembakaran maksimum akan tercapai sebelum 100 sesudah TMA. Karena tekanan di dalam silinder akan menjadi lebih tinggi dari pada pembakaran dengan waktu yang tepat, pembakaran campuran udara bahan bakar yang spontan akan terjadi dan akhirnya akan terjadi knocking atau detonasi.

Gambar 2 Posisi saat pengapian

Knocking merupakan ledakan yang menghasilkan gelombang kejutan berupa suara ketukan karena naiknya tekanan yang besar dan kuat yang terjadi pada akhir pembakaran. Knocking yang berlebihan akan mengakibatkan katup, busi dan torak terbakar. Saat pengapian yang terlalu maju juga bisa menyebabkan suhu mesin menjadi terlalu tinggi. Sedangkan bila saat pengapian dimundurkan terlalu jauh (lihat gambar 2 titik C) maka tekanan pembakaran maksimum akan terjadi setelah 100 setelah TMA (saat dimana torak telah turun cukup jauh). Bila dibandingkan dengan pengapian yang waktunya tepat (gambar 4.2 titik B), maka tekanan di dalam silinder agak rendah sehingga output mesin menurun, dan masalah pemborosan bahan bakar dan lainnya akan terjadi. Saat pengapian yang tepat dapat menghasilkan tekanan pembakaran yang optimal.

3. Sistem Pengapian Harus Kuat dan Tahan

Sistem pengapian harus kuat dan tahan terhadap perubahan yang terjadi setiap saat pada ruang mesin atau perubahan kondisi operasional kendaraan; harus tahan terhadap getaran, panas, atau tahan terhadap tegangan tinggi yang dibangkitkan oleh sistem pengapian itu sendiri. Komponen-komponen sistem pengapian seperti koil pengapian, kondensor, kabel busi (kabel tegangan tinggi) dan busi harus dibuat sedemikan rupa sehingga tahan pada berbagai kondisi. Misalnya dengan naiknya suhu di sekitar mesin, busi harus tetap tahan (tidak meleleh) agar bisa terus memberikan loncatan bunga api yang baik. Oleh karena itu, pemilihan tipe busi harus benar-benar tepat.

Begitu pula dengan koil pengapian maupun kabel busi, walaupun terjadi perubahan suhu yang cukup tinggi (misalnya karena mesin bekerja pada putaran tinggi yang cukup lama), komponen tersebut harus mampu menghasilkan dan menyalurkan tegangan tinggi (induksi) yang cukup. Pemilihan tipe koil hendaknya tepat sesuai kondisi operasional sepeda motor yang digunakan.

sumber: Buku BSE Teknik Sepeda Motor Jilid 2; oleh Jalius Jama, dkk (2008)

Kamis, 17 Februari 2011

Type Motor Starter Sepeda Motor

Motor starter pada sepeda motor ada 3 type yakni tipe electromagnet yang field coilnya membalut stator dan type pagnet permanent yang tidak menggunakan field coil.

1. Motor starter type electromagnet

Type ini mempunyai field coil yang terbuat dari kabel tembaga yang tebal dan bentuknya persegi yang arahnya berpotongan dengan inti stator. Arus mengalir menuju field coil dan armature

2. Motor starter type magnet permanent

Dibandingkan menggunakan field coil, magnet permanent lebih kuat bertujuan agar bentuknya kompak dan ringan. Type ini umumnya digunakan sekarang ini pada sepeda motor